Hijrah

Bismillah,
Hijrah?
Pertama kali hijrah kapan?
Apa latar belakangnya?
Kenapa bisa?



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku masih ingat,
April 2016, tepat seminggu setelah hari itu,
Aku memilih untuk memutuskan,
Oh bukan, dia yang memutuskan,
Tapi aku penyebabnya.

Sebelumnya,
Aku punya sahabat-sahabat yang sedang merintis jalan hijrah.

Di Masjid Agung Cimahi,
Saat itu kajian pertama kami,
Karena pertemuan pertama, maka yang di bahas adalah tentang tujuan hidup manusia.
Saat itu statusku memiliki pacar.
Rasanya seperti orang munafik. Pergi kajian tapi pacaran.

"Untuk apa manusia hidup?"
"Tujuannya apa?"

Ya, itu dasarnya, semua rasa berkecamuk dalam dada dan menganggu pikiranku.
Aku gelisah. Aku tertampar. Dan membuat aku berpikir keras.
Setelah di telusuri. Penyebab dari gelisahnya hati selama beberapa bulan kemarin adalah pacaran.

Yup, saat itu, aku merasa sahabat-sahabatku menjauh.
Oh bukan, aku yang sedikit memberi jarak.
Seolah membenarkan hubungan ini.
Dan mereka tidak menerimanya.
Tapi bukan, itu hanya ada dipikiranku saja.
Mereka sedang berusaha supaya aku kembali, untuk tidak pacaran lagi.
Karena mereka menyayangiku.
Salah satunya dengan mengajak kajian hari itu.

Yah, singkat cerita memasuki masa masa move on.
Memutuskan untuk hijrah sepenuhnya.
Hingga menemukan motivasi dari Teh Febrianti Almeera. tentang "Lets Move Up, Because Move On Is Not Enough" yang membuat aku semakin yakin.
Alhamdulillah, bersyukur saat auto play berpindah ke channel teh pepew dan menemukan motivasi ini.

Bismillah.
Setelah itu, sholat taubat. Malu rasanya saat bersimpuh memohon ampun, mencurahkan segara rasa, dan berharap ampunan-Nya, tapi bagaimana, kalau bukan kepada-Nya. pada siapa lagi?
Lalu, orang tua, bagian yang ini tentu aku tak bisa untuk tidak menangis.
Bukankah aku sayang orangtuaku?
Tapi kenapa aku malah memberatkannya?
Saat sadar, Hari itu akan tiba.
Hari dimana Ayah akan dihisab.
Dimintai pertanggung jawaban sebagai kepala keluarga. Sebagai Ayah.
Ayah dari anak gadis yang memberatkan hisabnya dengan dosaku.
Ya Rabb, Faghfirlii.

Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kama rabbayani shagiraa..

Lalu, aku mengabarkan sahabatku, aku sudah putus, meminta maaf dengan penuh penyesalan.
Aku ingin hijrah.
Tolong ajak aku.
Pintaku padanya.
Berharap Ia menjadi wasilah hijrahku.

Setelah itu, aku terus berusaha kembali seperti dulu.
Kembali ke pelukan hangat sahabat-sahabatku.
Yang tetap menerima aku dengan tulus.
Yang menyayangi aku.
Yang ingin mengajak aku ke Syurga-Nya.
Bersama-sama dengan aku.
Terharu :')
Allah kirim mereka di kehidupanku.
Untuk membersamaiku, bersama-sama hijrah.
Ya Rabb, jaga mereka selalu.

Setelah itu, kita mulai menyusun pertemuan untuk kajian.
Minimal seminggu sekali kami bertemu.
Dari situ pula, kita terus berlomba-lomba dalam berbagai hal.
Dan dari kajian-kajian yang kami datangi.
Dari ilmu yang di dapatkan.
Mulai berbenah diri. Terutama tentang berpakaian dan menutup aurat.
Karena waktu itu masih proses menuju syar'i.
Sampai syar'i dan menutup sebagian wajah.
Selalu di semangati agar lebih baik dari hari ke hari.

Yup, sahabat.
Orang-orang yang berada di balik kisah hijrahku.
Mereka memang tidak sempurna.
Tapi kita saling melengkapi.
Disini, terasa bahwa Allah sayang dengan aku.
Dengan menjadikan mereka partner hijrahku.
Saat dirasa futur. Mereka yang membangkitkan aku kembali.

"Hayu, minggu ini kita kajian kesini ya"
"Kaos kakinya kemana?"
"Kerudungnya kurang tebel"
"Jangan lupa dhuhanya"
"Nanti malem aku bangunin tahajjud yah, hp nya nyalin, pasang alarm juga"
"Kuatin dzikirnya"
"Nanti ke kajian pake ya cadar nya"


الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِى بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

Semoga bisa memetik hikmah :)
Barakallahu fiikum.

Komentar

Posting Komentar